Posted in

Jejak Tragedi Dinamit Bandung 1893 Upaya Pembunuhan Bupati Baru

Tragedi Dinamit Bandung 1893 mencerminkan ketegangan politik dan sosial yang terjadi di masa kolonial Hindia Belanda.

Jejak Tragedi Dinamit Bandung 1893 Upaya Pembunuhan Bupati Baru

Pada 17 Juli 1893, Kota Bandung diguncang oleh peristiwa yang hampir merenggut nyawa ribuan orang.

Lapangan Tegallega, yang saat itu menjadi lokasi pacuan kuda tahunan, menjadi saksi bisu dari upaya pembunuhan massal yang berawal dari perebutan jabatan bupati.

Peristiwa ini dikenal sebagai “Tragedi Dinamit Bandung” dan meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bandung.

Awal Mula Konflik

Konflik ini bermula pada 11 April 1893, ketika Bupati Bandung Raden Adipati Kusumadilaga wafat. Menurut tradisi saat itu, jabatan bupati biasanya diwariskan kepada anak atau kerabat dekat. Namun, putra Kusumadilaga, R. Muharam, masih terlalu muda untuk dilantik.

Beberapa nama dari keluarga priyayi Bandung diajukan sebagai calon pengganti, di antaranya R. Demang Soeria Kartahadiningrat, Patih Cicalengka R. Nataningrat, Asisten Wedana Buahbatu dan R. Rangga Somanagara, Patih Bandung.

Namun, keputusan pemerintah kolonial justru jatuh pada R.A.A. Martanegara, keturunan Pangeran Kornel dari Sumedang, yang tidak memiliki hubungan langsung dengan keluarga Kusumadilaga.

Keputusan ini ditetapkan melalui telegram pada 28 Juni 1893, dan Martanegara resmi dilantik sebagai Bupati Bandung pada 14 Juli 1893.

Upaya Pembunuhan Massal di Tegallega

Hanya beberapa hari setelah pelantikan Martanegara, pada 17 Juli 1893, sebuah tragedi hampir terjadi di Lapangan Tegallega. Ratusan warga yang hadir untuk menyaksikan pacuan kuda tahunan nyaris menjadi korban ledakan dinamit yang dipasang di beberapa titik strategis.

Beruntung, aparat keamanan yang telah mendapatkan informasi sebelumnya berhasil mengevakuasi warga dan mengamankan lokasi sebelum ledakan terjadi.

Namun, ledakan yang akhirnya terjadi merusak dinding tembok panggung pacuan kuda, menimbulkan kepanikan di kalangan penonton.

Baca Juga: 

Penyelidikan dan Penangkapan

Penyelidikan dan Penangkapan

Penyelidikan atas peristiwa ini dilakukan dengan melibatkan sekitar 56 orang saksi. Hasilnya, R. Rangga Somanagara, Patih Bandung, menjadi tersangka utama dalam kasus ini.

Ia diduga memiliki keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan penanaman dinamit sebagai bentuk protes terhadap pengangkatan Martanegara yang dianggap tidak sah oleh sebagian kalangan.

Namun, hingga kini, tidak ada catatan resmi mengenai proses hukum yang dihadapi oleh Somanagara atau pihak-pihak lain yang terlibat.

Dampak dan Pengasingan Pejabat

Sebagai konsekuensi dari upaya pembunuhan terhadap Bupati Bandung yang baru, pemerintah kolonial Hindia Belanda mengambil langkah tegas untuk menindak pejabat dan tokoh lokal yang diduga terlibat dalam konspirasi tersebut.

Beberapa pejabat yang dianggap memiliki peran aktif dalam perencanaan ledakan dinamit di Lapangan Tegallega dijatuhi hukuman pengasingan ke wilayah-wilayah terpencil, seperti Ternate, sebagai bentuk hukuman sekaligus upaya pencegahan agar tidak terjadi pemberontakan lebih lanjut di Priangan.

Langkah ini juga dimaksudkan untuk menegaskan kontrol pemerintah kolonial atas struktur pemerintahan daerah dan mengurangi pengaruh kelompok priyayi yang menentang keputusan pengangkatan bupati baru.

Selain itu, peristiwa ini memicu ketatnya pengawasan terhadap pejabat lokal dan aktivitas politik masyarakat. Pemerintah kolonial meningkatkan patroli keamanan, memperketat izin publik untuk kegiatan massa, dan menerapkan prosedur seleksi yang lebih ketat dalam pengangkatan pejabat daerah.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di INFO KEJADIAN BANDUNG.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari www.detik.com
  • Gambar Kedua dari bandung.kompas.com