Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung perluas penerapan teknologi Wolbachia untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Setelah berhasil di Kecamatan Ujungberung, program ini akan diperluas ke tiga kecamatan baru, dimulai dari Kiaracondong. Teknologi ini melibatkan penyuntikan bakteri Wolbachia ke nyamuk jantan, yang ketika kawin dengan nyamuk betina Aedes aegypti, keturunannya tidak lagi mampu menularkan virus DBD.
Implementasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menekan kasus DBD di Kota Bandung, yang merupakan salah satu kota percontohan. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bandung.
Ancaman DBD dan Inovasi Wolbachia di Kota Bandung
Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi ancaman serius di Kota Bandung, dengan 1.653 kasus tercatat hingga pertengahan tahun 2025 dan empat kematian. Angka kematian ini masih di bawah 1 persen, namun Pemkot Bandung bertekad untuk tidak ada korban jiwa lagi.
Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengambil langkah agresif dengan memperluas penerapan teknologi Wolbachia sebagai salah satu strategi utama untuk menekan kasus DBD. Teknologi biologis ini, yang telah terbukti ampuh mengatasi kasus DBD. Akan diperluas ke tiga kecamatan baru, diawali dari Kiaracondong, setelah keberhasilan uji coba di Kecamatan Ujungberung.
Cara Kerja Teknologi Wolbachia
Teknologi Wolbachia melibatkan penyuntikan bakteri alami Wolbachia ke nyamuk jantan Aedes aegypti. Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada berbagai jenis serangga dan unik karena kemampuannya menghambat perkembangan virus dalam tubuh nyamuk. Ketika nyamuk jantan ber-Wolbachia ini kawin dengan nyamuk betina Aedes aegypti lokal. Keturunan yang dihasilkan tidak lagi mampu menularkan virus penyebab DBD.
Ini berarti bahwa nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia tidak dapat menularkan virus Dengue. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang yang terinfeksi virus Dengue, virus tersebut akan mati di dalam tubuh nyamuk karena keberadaan Wolbachia, sehingga penyebaran penyakit dapat dicegah.
Proses ini menghasilkan generasi nyamuk yang tidak berbahaya, dan Wolbachia juga dapat memblokir replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Memberikan perlindungan berkelanjutan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya.
Penerapan teknologi Wolbachia di Indonesia menggunakan metode “penggantian,” di mana nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia dilepaskan ke populasi alami untuk memastikan keturunan nyamuk setempat juga mengandung bakteri ini, menciptakan efek perlindungan yang berkelanjutan.
Perluasan dan Target Kecamatan Baru
Program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Bandung telah menunjukkan perkembangan positif. Setelah berhasil menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Ujungberung. Pemkot Bandung kini akan memperluas program tersebut ke tiga kecamatan baru, dimulai dari Kiaracondong.
Perluasan uji coba pelepasan nyamuk ber-Wolbachia ini juga akan mencakup empat kelurahan lainnya di Kecamatan Ujungberung. Selain satu kelurahan di Ujungberung, Pasanggrahan, yang sudah melaksanakan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sejak akhir 2023. Selain itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga akan menyasar satu kecamatan lain di Kota Bandung yang memiliki kasus DBD tertinggi sebagai perluasan lanjutan.
Pemilihan Kiaracondong didasari oleh statusnya sebagai wilayah padat penduduk dengan banyak saluran air dan genangan yang menjadi tempat bersarang nyamuk. Dinas Kesehatan Kota Bandung optimis program ini akan berhasil di Kiaracondong. Sama seperti di Ujungberung, mengingat respons positif dari tokoh masyarakat dan aparat kewilayahan.
Dalam pelaksanaannya di Kiaracondong, warga setempat akan dilibatkan untuk menyediakan area di rumah mereka sebagai tempat penyimpanan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia, yang memungkinkan nyamuk berkembang biak di lingkungan tersebut.
Baca Juga: Bayi Perempuan Dibuang, 20 Keluarga Berebut Hak Asuh di Bandung Barat
Dukungan dan Keamanan Program

Program Wolbachia ini didukung oleh berbagai pihak. Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, mendorong perubahan pola pikir masyarakat dari egosentris menjadi ekosentris melalui kolaborasi pentahelix yang melibatkan akademisi, tokoh agama, masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
Kemenkes Republik Indonesia juga merencanakan ekspansi program penyebaran nyamuk Wolbachia untuk penanggulangan DBD di Jakarta Barat dan Bandung pada tahun 2024. Inovasi penanggulangan DBD dengan teknologi nyamuk ber-Wolbachia telah melalui uji coba selama kurang lebih 10 tahun oleh Universitas Gajah Mada (UGM), Yayasan Tahija, dan Monash University.
Hasil penelitian di Yogyakarta menunjukkan penurunan Incidence Rate (IR) DBD hingga 77 persen dan pengurangan risiko perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. Berdasarkan analisis risiko oleh Kemenkes, program ini terbukti aman dan berhasil diterapkan di 14 negara lain. Masyarakat tidak perlu khawatir karena program ini telah teruji aman dan dapat bertahan hingga 30 tahun ke depan.
Upaya Komprehensif Pencegahan DBD
Selain teknologi Wolbachia, Pemkot Bandung juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap menjalankan prinsip 3M dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), yaitu menguras, menutup. Dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Program Wolbachia ini bukan pengganti upaya pencegahan DBD yang sudah ada, seperti 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang serta menghindari gigitan nyamuk) dan fogging. Sebaliknya, Wolbachia diharapkan dapat menekan kasus DBD di Kota Bandung dan mengurangi penggunaan fogging. Pemkot juga menyinergikan program ini dengan layanan cek kesehatan gratis di seluruh puskesmas yang terbuka untuk semua warga tanpa batasan wilayah.
Sekretaris Dinkes Kota Bandung, Sony Adam, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini juga bergantung pada pemahaman dan penerimaan masyarakat. Ia menyayangkan masih ada warga yang menyemprotkan obat anti nyamuk tanpa takaran dan prosedur yang tepat. Karena penyemprotan harus serentak dan menyeluruh untuk efektivitas maksimal.
Kesimpulan
Pemkot Bandung perluas Teknologi Wolbachia ke tiga kecamatan baru, dimulai dengan Kiaracondong. Merupakan langkah strategis dalam upaya menekan angka kasus DBD yang masih tinggi. Dengan mekanisme unik bakteri Wolbachia yang membuat nyamuk tidak mampu menularkan virus dengue. Serta didukung oleh keberhasilan uji coba di Ujungberung dan bukti dari penelitian global. Program ini diharapkan dapat signifikan mengurangi penyebaran DBD.
Sinergi antara teknologi inovatif, partisipasi aktif masyarakat, dan upaya pencegahan tradisional seperti 3M Plus. Menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman demam berdarah di Kota Bandung.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di Info Kejadian Bandung.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.radarbandung.id
- Gambar Kedua dari ugm.ac.id