Bandung Zoo ditutup pada 6 Agustus 2025 memicu kericuhan, di mana massa menjebol gerbang utama dan berupaya memasuki lobi.

Insiden ini adalah puncak dari dualisme manajemen yang telah berlangsung sejak Maret 2025 antara Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) dan Taman Safari Indonesia (TSI), yang sama-sama mengklaim legalitas pengelolaan.
Konflik ini tidak hanya mengganggu operasional kebun binatang, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kesejahteraan satwa, dengan laporan kematian tujuh hewan dan potensi pencabutan izin konservasi oleh pemerintah. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bandung.
Kericuhan Dramatis di Gerbang Bandung Zoo
Pada tanggal 6 Agustus 2025, suasana di Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) memanas setelah pengumuman penutupan sementara operasionalnya. Kericuhan pecah ketika sekelompok massa nekat menjebol gerbang utama dan mencoba merangsek masuk ke area lobi kebun binatang.
Insiden ini bermula saat gerbang depan Bandung Zoo yang seharusnya tertutup berhasil didobrak oleh massa yang kemudian menerobos hingga ke lobi utama. Ketegangan meningkat drastis, bahkan terjadi bentrok fisik antara massa yang memaksa masuk dengan petugas keamanan dari manajemen baru.
Polisi yang dikerahkan untuk meredam amukan massa sempat kewalahan, namun setelah upaya mediasi, situasi akhirnya dapat dikendalikan dan kedua belah pihak sepakat menenangkan diri untuk menghindari konflik lebih lanjut. Pihak pengelola lama, Sulhan Safii dari Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT), mengungkapkan kekhawatirannya akan nasib satwa yang bisa telantar akibat penutupan dan pengambilalihan ini.
Menurut Sulhan, ada sekelompok orang yang memaksa masuk, menerobos ruang manajemen, dan mengusir semua petugas keamanan serta karyawan. Ia menyoroti keberadaan belasan bayi satwa eksotis yang baru lahir dan membutuhkan perhatian intensif, termasuk pemberian makan pagi, yang terancam tidak terpenuhi karena petugas pakan tertahan di gerbang.
Akar Masalah Dualisme Kepengurusan yang Memanas
Penutupan sementara Bandung Zoo ini adalah puncak dari konflik kepengurusan yang telah memanas sejak lama. Dualisme kepengurusan telah berlangsung sejak Maret 2025, melibatkan Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) sebagai pengelola awal dan Taman Safari Indonesia (TSI) yang mengklaim sebagai pengurus baru.
Sulhan Syafi’i, mantan Humas Yayasan Margasatwa Tamansari, menjelaskan bahwa konflik ini memuncak sejak pengambilalihan oleh Taman Safari Indonesia pada 20 Maret 2025. Situasi ini bahkan menyebabkan bentrokan antara pegawai lama dan petugas keamanan baru yang direkrut oleh manajemen anyar.
Ully Rangkuti, Humas Bandung Zoo dari pihak TSI, mengaku tidak mengetahui pasti penyebab penutupan tersebut, bahkan ia baru mengetahui penutupan itu pada pagi hari melalui media sosial. Ia menambahkan bahwa banyak pengunjung, termasuk rombongan dari Garut dan anak-anak TK dari Nanjung, terpaksa memutar balik karena penutupan mendadak ini. Sulhan Syafi’i menegaskan bahwa penutupan dilakukan untuk mencegah pengunjung mengalami dampak buruk atau stres akibat ketegangan internal.
Baca Juga: Pengeroyokan Brutal di Sulanjana, Anak di Bawah Umur Jadi Dalang Utama
Dampak Fatal Pada Kesejahteraan Satwa

Konflik dualisme manajemen ini tidak hanya mengganggu operasional dan pengunjung, tetapi juga berdampak fatal pada koleksi satwa di Bandung Zoo. Dalam tiga bulan terakhir sejak pengambilalihan manajemen, sebanyak tujuh satwa dilaporkan mati, termasuk binturong, pelikan, dan beberapa jenis burung lainnya.
Beberapa hewan bahkan mengalami stres berat akibat pemindahan kandang mendadak dan miskoordinasi dalam penanganan. Sebagai contoh, burung pelikan dipindahkan ke kandang tanpa tempat istirahat, menyebabkan mereka terus berenang hingga kelelahan. Seekor siamang juga dilaporkan trauma setelah dipindahkan ke kandang terbuka dan tersengat listrik akibat kepanikan.
Meskipun Ully Rangkuti tidak membantah kematian tujuh satwa tersebut, ia menyebut penyebabnya beragam, sebagian besar karena usia dan cuaca. Ia juga menyatakan bahwa kasus-kasus kematian satwa ini telah dilaporkan kepada BKSDA dan telah diperiksa.
Keterlibatan Pemerintah Kota dan Ancaman Pencabutan Izin Konservasi
Pemerintah Kota Bandung turut prihatin dan merasa gerah dengan konflik berkepanjangan ini. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan berulang kali turun tangan dan memfasilitasi mediasi, namun perseteruan selalu terulang setelah tercapai kesepakatan. Farhan menegaskan bahwa jika konflik terus berlanjut dan satwa semakin tidak terurus.
Pemkot Bandung tidak akan segan untuk meminta Kementerian Kehutanan meninjau ulang dan mencabut izin konservasi eks situ Bandung Zoo. Ia menekankan bahwa izin konservasi eks situ ada di tangan yayasan pengelola, bukan pemerintah. Sehingga pihak pengelola harus menunjukkan tanggung jawab dan kedewasaan dalam menyikapi konflik.
Farhan juga menyoroti bahwa pemerintah telah cukup longgar, bahkan menyediakan lahan tanpa pungutan sewa, namun konflik internal terus berulang. Karena mediasi yang berulang kali tidak berhasil, Farhan menyatakan enggan lagi menjadi penengah dan menegaskan bahwa masalah ini harus diselesaikan secara dewasa oleh kedua belah pihak.
Perdebatan Legalitas dan Upaya Penyelesaian
Konflik ini juga melibatkan perdebatan mengenai legalitas kepengurusan. Pihak pengelola lama, YMT, menegaskan bahwa mereka masih memiliki hak sah untuk mengelola Bandung Zoo karena manajemen baru belum dapat menunjukkan dokumen legal formal sebagai pengelola sah tempat konservasi dan wisata tersebut.
Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD) Bandung Zoo juga mempertanyakan legalitas pengelola yang baru. Merasa kebingungan dan tidak nyaman dengan dualisme kepemimpinan. SPMD telah terdaftar resmi di Disnaker Kota Bandung dan sudah beraudiensi dengan Komisi IV DPRD Kota Bandung serta melayangkan surat kepada Wali Kota Bandung untuk mengadukan kisruh manajemen.
Pemkot Bandung menyatakan siap mengambil alih pengelolaan jika konflik tidak terselesaikan. Namun Farhan menjelaskan bahwa pengambilalihan tidak bisa serta-merta dilakukan karena izin konservasi eks situ diberikan langsung oleh Kementerian Kehutanan.
Kesimpulan
Kericuhan dan Bandung Zoo ditutup mencerminkan dampak serius dari konflik internal berkepanjangan antara dua pihak yang memperebutkan pengelolaan. Insiden penyerbuan dan penjebolan gerbang oleh massa menunjukkan tingkat frustrasi yang tinggi. Sementara kekhawatiran akan nasib satwa yang terlantar menjadi sorotan utama.
Penyelesaian sengketa legalitas kepemilikan dan tata kelola menjadi krusial untuk memastikan keberlangsungan operasional Bandung Zoo dan kesejahteraan satwa di dalamnya. Tanpa resolusi yang jelas dari kedua belah pihak dan intervensi yang tegas dari pemerintah. Masa depan Bandung Zoo sebagai lembaga konservasi dan edukasi tetap terancam.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Bandung Zoo Ditutup hanya di INFO KEJADIAN BANDUNG.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari travel.detik.com