Posted in

Bandung Jadi Kota Termacet Indonesia, Ancaman Serius bagi Mobilitas!

Bandung resmi jadi kota termacet di Indonesia 2024, melampaui Jakarta berdasarkan laporan TomTom Traffic Index terbaru.

Bandung Jadi Kota Termacet Indonesia, Ancaman Serius bagi Mobilitas!

Waktu tempuh rata-rata mencapai 32 menit 37 detik per 10 km dengan kemacetan 48%. Pertumbuhan kendaraan pribadi, infrastruktur terbatas, dan tingginya kunjungan wisata jadi penyebab utama. Dampaknya serius bagi produktivitas, lingkungan, dan kualitas hidup warga.

Pemerintah perlu segera mengimplementasikan solusi transportasi cerdas agar mobilitas Bandung kembali lancar dan nyaman. Info Kejadian Bandung akan membahas bagaimana Bandung resmi menyandang predikat sebagai kota termacet di Indonesia, mengalahkan Jakarta yang selama ini dikenal dengan kemacetannya.

Bandung Salip Jakarta Jadi Kota Termacet

TomTom, perusahaan global yang bergerak di bidang navigasi dan pemantauan lalu lintas, merilis data terbaru dari pemantauan lebih dari 500 kota di seluruh dunia. Dalam laporan itu, Bandung mencatat waktu tempuh rata-rata 32 menit 37 detik per 10 kilometer, dengan tingkat kemacetan sebesar 48 persen.

Angka ini menempatkan Bandung tidak hanya di urutan pertama se-Indonesia, tetapi juga di posisi ke-12 dunia sebagai kota termacet. Jakarta, yang selama bertahun-tahun menduduki peringkat pertama, kini tergeser ke posisi kelima secara nasional.

Ibu kota Indonesia mencatat waktu tempuh 25 menit 31 detik per 10 km dengan tingkat kemacetan 43 persen. Meskipun persentase kemacetannya masih tinggi, waktu tempuh yang lebih rendah membuat Jakarta turun peringkat.

Deretan Kota Termacet Lainnya

Selain Bandung dan Jakarta, tiga kota lainnya turut masuk dalam daftar lima besar kota termacet di Indonesia:

Medan menempati posisi kedua dengan waktu tempuh 32 menit 3 detik per 10 km dan tingkat kemacetan 40 persen. Peningkatan durasi perjalanan mencapai 10 detik dibanding tahun lalu, yang berarti masyarakat Medan kehilangan sekitar 111 jam per tahun hanya karena macet.

Palembang berada di urutan ketiga, dengan waktu tempuh 27 menit 55 detik dan kemacetan 41 persen. Kota ini mencatat peningkatan waktu perjalanan sebesar 30 detik dibandingkan tahun sebelumnya.

Surabaya menempati peringkat keempat dengan durasi perjalanan rata-rata 26 menit 59 detik per 10 km dan kemacetan 31 persen. Meski tetap macet, Surabaya terhitung lebih “lega” dibanding empat kota lainnya. 5 Kota Termacet di Indonesia 2024 (rata-rata perjalanan per 10 km):

  • Bandung: 32 menit 37 detik (kemacetan 48%)
  • Medan: 32 menit 3 detik (kemacetan 40%)
  • Palembang: 27 menit 55 detik (kemacetan 41%)
  • Surabaya: 26 menit 59 detik (kemacetan 31%)
  • Jakarta: 25 menit 31 detik (kemacetan 43%)

Data ini dikumpulkan dari perjalanan sepanjang 2023, mencakup lebih dari 737 miliar kilometer dari 62 negara. TomTom Traffic Index menjadi tolok ukur penting dalam memahami dinamika lalu lintas pascapandemi dan seberapa besar tantangan mobilitas perkotaan saat ini.

Baca Juga:

Kenapa Bandung Bisa Jadi Juara Kemacetan?

Bandung Jadi Kota Termacet Indonesia, Ancaman Serius bagi Mobilitas!

Status Bandung sebagai kota termacet tak terjadi tanpa sebab. Beberapa faktor utama yang mendorong kemacetan parah di kota ini antara lain:

  • Pertumbuhan kendaraan pribadi yang masif. Banyak warga memilih menggunakan motor atau mobil karena transportasi umum yang masih belum optimal.
  • Kepadatan kawasan wisata dan pusat belanja. Bandung sebagai kota wisata menarik kunjungan dari luar kota setiap akhir pekan, yang otomatis memperparah kemacetan.
  • Infrastruktur jalan yang terbatas. Banyak ruas jalan di Bandung tidak mengalami pelebaran seiring pertumbuhan kendaraan, menyebabkan bottleneck di berbagai titik.
  • Kurangnya manajemen lalu lintas berbasis teknologi. Minimnya penerapan sistem transportasi pintar (intelligent traffic system) juga membuat arus kendaraan sulit diatur secara efisien.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kemacetan bukan sekadar soal waktu yang terbuang. Menurut laporan yang sama, warga Bandung kehilangan ratusan jam setiap tahunnya hanya karena terjebak di jalan. Jika dikonversi ke aspek ekonomi, waktu yang terbuang itu setara dengan kerugian produktivitas, pemborosan bahan bakar, dan penurunan kualitas hidup.

Selain itu, kemacetan berkontribusi besar pada peningkatan emisi karbon, polusi udara, serta gangguan kesehatan mental akibat stres berkepanjangan saat berkendara.

Tantangan dan Solusi ke Depan

Dengan status baru ini, pemerintah Kota Bandung dihadapkan pada tugas berat untuk mengurai benang kusut lalu lintas. Inovasi dan kebijakan konkret dibutuhkan segera. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Penguatan transportasi publik. Bus rapid transit (BRT), LRT, dan integrasi antarmoda menjadi kebutuhan mendesak.
  • Pengendalian kendaraan pribadi. Penerapan sistem ganjil-genap atau electronic road pricing (ERP) dapat menjadi alternatif mengurangi volume kendaraan.
  • Revitalisasi infrastruktur jalan. Pelebaran jalan dan penambahan jalur khusus transportasi umum bisa mempercepat arus lalu lintas.
  • Digitalisasi sistem transportasi. Mengintegrasikan teknologi dalam pengelolaan lampu lalu lintas, pemantauan CCTV, serta aplikasi navigasi real-time akan mempermudah pengendalian arus kendaraan.

Kesimpulan

Predikat Bandung sebagai kota termacet di Indonesia adalah alarm keras bagi semua pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat. Tanpa langkah nyata dan kolaboratif, situasi ini hanya akan semakin parah. Kota yang dulu dikenal dengan suasana nyaman dan sejuk, kini terjebak dalam pusaran kendaraan yang tak bergerak.

Sudah saatnya Bandung bergerak ke arah yang lebih modern, teratur, dan manusiawi, demi masa depan mobilitas yang lebih baik. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Bandung agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang akan terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.detik.com
  2. Gambar Kedua dari otomotif.kompas.com