Kasus seorang teknisi bank di Bandung yang bobol kas kantor Rp 2,1 Miliar demi membeli rumah, menggemparkan dunia perbankan.

Seorang staf teknisi IT di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank BJB Soreang, Kabupaten Bandung, berinisial AVM, nekat mengambil uang sebesar Rp 2,1 miliar dari kas kantor. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli kendaraan dan membangun rumah di Bogor, Jawa Barat.
Kejadian ini menjadi sorotan karena pelaku adalah bagian dari internal bank yang seharusnya menjaga keamanan dana nasabah, bukan malah menyalahgunakannya. Dibawah ini Info Kejadian Bandung akan membahas secara mendalam kronologi, motif, dampak, proses hukum, serta upaya pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghindari kejadian serupa.
Kronologi Pembobolan Kas Bank BJB Soreang
Pembobolan kas ini terjadi pada awal Juni 2025 di kantor cabang pembantu Bank BJB yang berlokasi di Soreang, Kabupaten Bandung. AVM, yang bertugas sebagai teknisi IT, memiliki akses ke area penyimpanan kas besar. Dengan memanfaatkan posisinya, pelaku secara diam-diam mengambil uang dalam jumlah besar tanpa sepengetahuan atasan maupun rekan kerja.
Setelah kejadian tersebut, pihak bank baru menyadari ada kekurangan dana dan melaporkannya ke kepolisian pada awal Juli 2025. Polresta Bandung kemudian melakukan penyelidikan intensif dan berhasil menangkap AVM tidak lama setelah laporan diterima. Polisi juga mengamankan sejumlah bukti yang menguatkan dugaan keterlibatan pelaku.
Motif Ekonomi di Balik Kejahatan
Kasatreskrim Polresta Bandung, Kompol Luthfi Olot Gigantara, mengungkapkan bahwa motif utama AVM melakukan pembobolan adalah tekanan ekonomi. Pelaku diduga mengalami kesulitan finansial sehingga memilih jalan pintas dengan mencuri uang kas bank. Fakta bahwa sebagian besar uang hasil curian digunakan untuk membeli kendaraan dan membangun rumah di Bogor.
Menunjukkan bahwa pelaku ingin memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya secara cepat. Namun, tindakan tersebut jelas melanggar hukum dan merugikan banyak pihak. Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana tekanan ekonomi dapat mendorong seseorang melakukan tindakan kriminal, meskipun konsekuensinya sangat berat.
Baca Juga:
Dampak dan Kerugian yang Dialami Bank
Kerugian yang dialami Bank BJB akibat pembobolan ini mencapai Rp 2,1 miliar, jumlah yang sangat besar dan merupakan dana nasabah yang disimpan di kas kantor cabang pembantu. Selain kerugian finansial, kejadian ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap reputasi bank.
Kepercayaan nasabah terhadap keamanan dana mereka menjadi terganggu, yang berpotensi menurunkan loyalitas dan citra bank di mata publik. Bank harus melakukan audit menyeluruh untuk mengidentifikasi celah keamanan yang dimanfaatkan pelaku dan memperbaiki sistem pengawasan internal. Selain itu, bank juga perlu memberikan penjelasan transparan kepada nasabah agar kepercayaan dapat dipulihkan.
Proses Hukum Terhadap Pelaku

Setelah penangkapan, AVM langsung menjalani proses hukum. Ia disangkakan melanggar Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. Polisi melakukan pemeriksaan intensif untuk mengungkap seluruh modus operandi dan kemungkinan keterlibatan pihak lain.
Kasus ini menjadi perhatian serius aparat keamanan karena melibatkan oknum internal bank yang seharusnya menjaga keamanan dana nasabah. Proses hukum yang tegas diharapkan dapat memberikan efek jera tidak hanya bagi pelaku, tetapi juga bagi pihak lain yang mungkin berniat melakukan tindakan serupa. Penegakan hukum yang adil dan transparan sangat penting untuk menjaga integritas sistem perbankan.
Upaya Pencegahan dan Pengawasan di Bank
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh institusi perbankan untuk meningkatkan pengawasan terhadap staf internal, terutama yang memiliki akses ke kas besar dan sistem IT. Bank perlu menerapkan sistem kontrol yang ketat, seperti pembatasan akses, audit internal rutin, dan penggunaan teknologi pengamanan canggih.
Selain itu, pelatihan etika dan keamanan bagi karyawan harus menjadi bagian dari program pengembangan sumber daya manusia. Penggunaan sistem monitoring transaksi secara real-time dan pelacakan aktivitas karyawan juga sangat penting untuk mendeteksi potensi kecurangan sejak dini. Dengan langkah-langkah ini, risiko pembobolan internal dapat diminimalisir.
Kesimpulan
Kasus pembobolan kas Bank BJB Soreang oleh teknisi IT yang nekat mengambil uang Rp 2,1 miliar untuk membangun rumah di Bogor menunjukkan betapa besar risiko yang muncul dari penyalahgunaan kepercayaan internal. Motif ekonomi menjadi faktor utama pelaku, namun tindakan tersebut berujung pada kerugian besar bagi bank dan nasabah serta proses hukum yang serius.
Kejadian ini menegaskan pentingnya pengawasan ketat, sistem keamanan yang handal, dan pelatihan etika bagi karyawan untuk menjaga integritas perbankan. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Bandung agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang akan terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari detik.com
- Gambar Kedua dari merdeka.com