Posted in

Kemacetan Bandung Parah, MTI Kritik Angkot dan Jalan Perumahan Sempit

Kemacetan lalu lintas di Kota Bandung telah menjadi masalah kronis yang mengganggu mobilitas warga dan aktivitas ekonomi.

Kemacetan Bandung Parah, MTI Kritik Angkot dan Jalan Perumahan Sempit

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyoroti dua akar utama penyebab kemacetan tersebut, yaitu kondisi angkutan kota (angkot) yang buruk dan desain jalan perumahan yang sempit. Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno, mengungkapkan bahwa tanpa perbaikan menyeluruh pada transportasi umum dan infrastruktur jalan, kemacetan tidak akan teratasi.

Artikel ini membahas secara mendalam akar permasalahan dan solusi yang diusulkan MTI untuk mengurai kemacetan di Bandung.

Kondisi Angkot di Bandung yang Sudah Tidak Layak

Menurut Djoko Setijowarno, angkot di Bandung saat ini dalam kondisi yang sangat buruk dan jauh dari kata layak. Unit angkot yang ada sudah tua dan tidak nyaman bagi penumpang. Selain itu, pengemudi angkot belum diatur secara profesional sehingga pelayanan tidak optimal.

Djoko menegaskan bahwa angkot harus diganti dengan unit baru yang nyaman dan pengemudi harus mendapatkan pelatihan serta pengaturan kerja yang jelas, termasuk sistem gaji tetap agar mereka lebih bertanggung jawab dan disiplin.

Sistem Kerja Pengemudi Angkot yang Perlu Direformasi

Sistem kerja pengemudi angkot saat ini dianggap kurang teratur. Djoko menyarankan agar pengemudi angkot digaji secara tetap minimal sesuai Upah Minimum Regional (UMR) dan diberi seragam agar terlihat profesional.

Selain itu, pengemudi harus dididik untuk tidak merokok saat mengemudi dan tidak ngetem sembarangan. Angkot harus beroperasi sesuai kebutuhan, artinya angkot tetap berjalan meskipun penumpang sedang sedikit, sehingga pelayanan tetap lancar dan kemacetan bisa dikurangi.

Baca Juga:

Jalan Perumahan yang Sempit sebagai Penyebab Kemacetan

Kemacetan Bandung Parah, MTI Kritik Angkot dan Jalan Perumahan Sempit

Selain masalah angkot, MTI juga menyoroti kesalahan dalam pembangunan perumahan di Bandung yang tidak memperhatikan aspek akses jalan. Banyak kawasan perumahan yang memiliki jalan sangat sempit sehingga sulit dilalui kendaraan, terutama angkot.

Kondisi ini membuat angkot kesulitan melayani kawasan perumahan secara optimal, sehingga angkot terpaksa berhenti di jalan utama yang lebih lebar dan menimbulkan kemacetan.

Pentingnya Transportasi Umum yang Terintegrasi

Djoko menegaskan bahwa pengaturan lalu lintas saja tidak cukup untuk mengatasi kemacetan jika transportasi umum masih buruk. Pengembangan transportasi umum yang terintegrasi dan profesional adalah kunci utama.

Reformasi angkot harus dilakukan agar angkot dapat menjangkau kawasan perumahan dengan jalan sempit tanpa menimbulkan kemacetan. Hal ini juga harus diiringi dengan perbaikan infrastruktur jalan agar akses ke perumahan lebih lancar dan aman.

Solusi MTI Untuk Mengurai Kemacetan Bandung

MTI mengusulkan beberapa solusi konkret untuk mengatasi kemacetan di Bandung, antara lain:

  • Mengganti unit angkot dengan kendaraan yang lebih baru dan nyaman.
  • Memberikan pelatihan dan pengaturan kerja yang profesional kepada pengemudi angkot, termasuk sistem gaji tetap dan penggunaan seragam.
  • Melakukan reformasi angkot agar dapat melayani kawasan perumahan dengan jalan sempit secara efektif.
  • Memperbaiki dan memperlebar akses jalan di kawasan perumahan agar angkot dan kendaraan lain dapat melintas dengan lancar.

Mengembangkan transportasi umum yang terintegrasi dan berkualitas sebagai alternatif utama masyarakat, sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat dikurangi. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kemacetan di Bandung dapat berkurang secara signifikan dan mobilitas warga menjadi lebih lancar.

Simak dan ikuti terus Info Kejadian Bandung agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang akan terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar dari www.detik.com