Kota Bandung kembali menghadapi ancaman serius terkait lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2025.
Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat hingga pertengahan tahun ini tercatat sebanyak 1.653 kasus DBD, dengan beberapa di antaranya berujung kematian. Jumlah ini menunjukkan bahwa DBD masih menjadi persoalan kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan serius dari semua pihak.
Data dan Tren Kasus DBD di Kota Bandung
Sepanjang Januari hingga Juni 2025, Kota Bandung telah mencatat sebanyak kurang lebih 1.653 kasus demam berdarah. Angka ini belum termasuk laporan kasus sepanjang tahun yang masih akan terus bertambah.
Dibandingkan total kasus DBD tahun 2024 yang mencapai sekitar 7.680 kasus, angka tahun ini menunjukkan tren cukup tinggi meskipun baru mencapai sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan tahun sebelumnya.
Namun, lonjakan kasus ini tetap menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat karena potensi risiko kematian dan penyebaran yang cepat.
Dampak Ancaman DBD Bagi Masyarakat
DBD merupakan penyakit infeksi yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang sering berkembang biak di genangan air bersih seperti tempat penampungan air di rumah. Penyakit ini sangat memengaruhi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan.
Lonjakan kasus menyebabkan gangguan aktivitas sosial dan ekonomi, ketakutan meluas terkait keselamatan keluarga, serta peningkatan beban pelayanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas. Kematian akibat DBD, meski masih dalam angka yang terkendali, menjadi peringatan bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan.
Upaya Pemerintah Kota Bandung Dalam Pencegahan
Pemkot Bandung melalui Dinas Kesehatan dan berbagai sektor terus memperkuat gerakan pencegahan DBD. Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus menjadi andalan yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membersihkan lingkungan setiap Jumat selama 10 menit.
Program “Satu Rumah Satu Jumantik” juga digalakkan dengan menetapkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Ia meminta untuk masing-masing rumah memeriksa tempat-tempat penampungan air secara rutin.
Selain itu, teknologi biologis seperti penggunaan bakteri Wolbachia pada nyamuk jantan yang menghambat reproduksi nyamuk juga mulai diterapkan di beberapa kecamatan sebagai inovasi ramah lingkungan dalam pengendalian vektor DBD.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Digugat BMPS Bandung di PTUN Karena Isu Rombongan Belajar
Edukasi dan Peran Serta Masyarakat
Keberhasilan pengendalian DBD sangat bergantung pada peran aktif masyarakat. Edukasi dilakukan secara masif agar warga memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari menimbun air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Masyarakat juga diimbau mematuhi prosedur penyemprotan insektisida secara serentak dan menyeluruh, bukan dilakukan secara sporadis atau sendiri-sendiri agar efektif.
Laporan lokasi-lokasi rawan DBD, seperti genangan air dan tempat pembuangan sampah liar, sangat membantu petugas dalam melakukan penanganan cepat.
Tantangan dan Kendala Penanganan Kasus DBD
Meskipun berbagai program telah dijalankan, tantangan tetap ada dalam pengendalian DBD di Bandung. Kerumitan wilayah permukiman padat penduduk, ketersediaan tempat penampungan air yang sulit diawasi, serta perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya disiplin menjadi hambatan.
Cuaca juga memberi pengaruh, terutama musim kemarau basah yang meningkatkan potensi berkembangnya nyamuk. Selain itu, masih ditemukan warga yang minim pemahaman atau enggan terlibat dalam aktivitas PSN, sehingga pemberantasan sarang nyamuk belum optimal.
Harapan dan Strategi Ke Depan Untuk Menghadapi DBD
Pemkot Bandung berharap dengan kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, kasus DBD dapat ditekan secara signifikan. Strategi pengembangan teknologi pengendalian, penguatan edukasi dan sosialisasi, serta peningkatan akses pelayanan kesehatan menjadi fokus utama.
Masyarakat diharapkan aktif melaporkan gejala DBD serta mengikuti anjuran pencegahan agar Kota Bandung bisa keluar dari wilayah endemis DBD dan mengurangi risiko kematian. Komitmen bersama menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam menghadapi ancaman demam berdarah.
Kesimpulan
Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandung pada tahun 2025 dengan 1.653 kasus hingga pertengahan tahun menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Meski angka kematian masih relatif rendah, penyebaran penyakit ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan warga.
Berbagai upaya pencegahan seperti program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus, “Satu Rumah Satu Jumantik”, dan inovasi Wolbachia diterapkan untuk mengendalikan penyebaran nyamuk. Edukasi, partisipasi aktif masyarakat, dan sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan pengendalian DBD.
Dengan kerja sama yang kuat, diharapkan Kota Bandung dapat mengurangi angka kasus dan melepaskan status daerah endemis DBD di masa depan. Untuk update terbaru dan informasi lengkap seputar berbagai kejadian di Bandung, seperti bencana alam, kemacetan, dan kegiatan masyarakat, anda bisa kunjungi Info Kejadian Bandung.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari jabar.tribunnews.com
- Gambar Kedua dari pojoksatu.id